Xie mencoba berkelit dari pertanyaan mematikan ini.
"Aku, aku sebenarnya tidak boleh menjadi simpanan. Karena jika aku terikat, maka... Kesaktianku akan menghilang. Dan aku tak bisa menjadi Pendeta Roh"
"Ah, masa..., kasian sekali nasibmu, terkena segel. Hahaha, sebaiknya materai mantera di tubuhmu kau lepas sajalah. Ayolah... Kau khan bisa bersenang2 dengan Tuan Muda"
"Tabib Guru... Aku butuh obat penawar racun serigala"
"Kau sesakti seperti ini mengapa bisa diserang mereka"
"bukan... Aku terkena penyakit aneh, entah mengapa wujudku lama2 berubah menjadi seperti siluman bodoh itu..."
"Itu sudah takdirmu, kau akan menjadi salah satu dari mereka. Tetapi... Mungkin kau bisa mengendalikan diri agar jangan sampai wujudmu berubah. Kau harus bertapa ke gua Dewa Siluman dan mengambil ramalan disana"
Perjalanan ke gua siluman sangatlah panjang dan beresiko. Ia tahu bahwa nyawa adalah taruhannya. Apa harus melangkah atau mundur. Ia bingung..
Bisa2 saja ia bertemu dengan vampir di tengah jalan, hantu-hantu putih, dan kengerian yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya
Yah, serigala kecil itu lagi. Dia terus saja mengikuti aku sejak dari Kuil Dewa Siluman. Aku masih ingat dengan jelas baunya... Ah.. Tidak mengapa kemampuan penciumanku semakin tajam.
"Kau lagi, kau lagi... Mengapa kau selalu mengikutiku". Bukannya menjawab, dia masih saja mengikutiku.
"hey siluman kecil, pulang sana... Pasti induk serigalamu sedang mencarimu".
Anak itu melangkah balik kepadaku dan naik ke bahuku.
"Hei, kenapa kau bisa tau... Aku belum mengatakan itu padamu"
"yah jelas aja aku ingat"
"Aku masih hapal bau mereka", jawabku dongkol,
"kau juga siluman sama seperti kami"
"Aku manusia tau!!!, tapi tiba-tiba saja"
"apa???"
"aku tak tahu mengapa aku bisa menjadi seperti ini... Aku ingin kembali ke wujudku semula, huahuaha", tangisku seperti anak kecil.
"sudahlah.. Nanti ekormu keluar lagi... Dan juga kupingmu"
"Aku tak peduli"
"Nenek cengeng"
"Oh, aku tahu...Jangan-jangan kau punya kekasih siluman yah", tanyanya.
"Hei... Aku ini pendeta, jadi mana bisa aku jatuh cinta. Hmm, lebih lagi kepada siluman kelas dewa seperti dia. Ah, bodo amat dengan semuanya", kataku sambil mengipas-ngipas ekor dan meninggalkan anak itu sendiri.
"Hihi... Kau suka pada Tabib Bodoh, haha"
"Dasar serigala sok tahu!!!"
Aku melanjutkan perjalanan pulang sendiri. Jalan pulang dari Kuil Dewa Siluman tak sejauh seperti biasanya. Lega rasanya aku bisa pulang
0 komentar:
Posting Komentar