rss
email
twitter
facebook

Minggu, 13 Juli 2014

Manado, 19 Juni 2014


Surat Permintaan Pribadi Kepala Negara kepada Putra Negara yang Terdidik dan Terpelajar

Maaf Tonaas, tapi permintaan Kumtua tersayang harus dipenuhi karena Kumtua ingin dimengerti dan dipahami madsud perkataanya. Apakah hal itu menjadi hal yang layak menjadi kebenaran, ataukah tidak. Karena memerlukan ujian oleh rentangan sang waktu.

Sebagai Kaisar Wanita, mengungkapkan dan meminta anak raja atau pangeran itu tidaklah mudah seperti seorang raja atau Kaisar Pria yang menginginkan seorang putri, anak dara perawan, atau bangsawan wanita. Karena hanya pembesar negeri, bukan ratu dari pilihan raja, atau Ibu Suri yang adalah bunda raja. Maka ia tidak bisa bebas mengikuti kata hati dan keinginannya sendiri. Ia memakai mahkota, namun memikul beban sebuah kursi di bahunya. Semakin berat mahkota, semakin besar berat beban kursi yang dipikul.

Untuk itulah, Paduka Rajaku yang Kudus dan Mulia. Raja Segala Raja diatas segala tahta yang mengatasi langit, menyuruhku untuk memikul kuk yang Dia pasang kepadaku untuk meringankan beban.

Kalo orang yang gila jabatan dan hormat, pernyataan ini terdengar bagiku seperti, ""Pikullah kursi yang kau pasang di bahumu, maka berat bebanmu dan tersiksalah hidupmu.""

Dalam persetujuan keputusan Kepala Negara menjadi urusan dewan menteri dan sidang kenegaraan, demi mendapat pengakuan dan persetujuan untuk memilih perluasan tahta mahkota

Langkah ini dilakukan hanya untuk pengamanan tahta negara pada orang yang tepat, karena intrik politik yang terjadi. Saat ini Parlemen Rakyat negara kita berusaha menjatuhkanku karena iri hati, kebencian dan rasa dengki.

Namun, kita semua harus berpegang teguh pada pernyataan Amanat Agung. Bahwa pengabdian pada Raja segala Raja, Kepala dari semua kaisar, bos dari segala presiden. Tuan dari segala tuan adalah hal yang terutama di dalam hidup ini.


Syalom Sejahtera



Yesus Mengasihimu   

0 komentar:

Posting Komentar