rss
email
twitter
facebook

Minggu, 05 Februari 2012

Realita dalam sisi pemikiran Parenting Complex


Terkadang saya menutupi perasaan keinginan akan seseorang dengan perhatian yang diberikan kepada anak-anak . Yah.... istilahnya Parental Complex alias kecenderungan kepribadian menjadi orangtua. Tapi tanpa adanya pasangan, kita juga taakan bisa menjadi orangtua. Orang lain mungkin akan menganggap dengan stigma negatif orang yang senang berperan seolah-olah menjadi orangtua. Mengapa ia belum juga mencari pasangan, bukankah dengan mendapat pasangan, ia bisa menjadi orangtua dari anaknya sendiri. Benar juga kalau saya renungkan secara logika. Tetapi ada juga pasangan yang tidak dikaruniai anak, bagaimana dengan mereka. Saya sendiri walaupun masih lajang, melihat orang lain dengan keadaan tersebut, perasaan saya menjadi tergugah. "Iya, ya.... , benar juga". Sering juga saya terpikir ketika melihat realitas yang ada di depan saya, tentang bagaimana menjadi seorang single parent itu adalah hal yang lebih dilematis lagi. Di satu sisi orang itu dituntut untuk bekerja mencari nafkah, sementara itu disisi lain orang itu dituntut untuk mengasihi anaknya. Tuhan, mengapa ini semua terjadi... Anak-anak yang mulai beranjak besar hari ke hari itu mulai menanyakan kemana ayahnya pergi kepada ibunya, siapakah ayahnya, dimana ia. Apakah mereka harus terus seperti ini... tetapi satu asa yang ada dalam lubuk hati orangtua yang ditinggalkan oleh pasangannya adalah anak yang kini harus mereka besarkan sebagai pengganti asa mereka yang telah hilang

0 komentar:

Posting Komentar